AirAsia, salah
satu maskapai penerbangan super hemat terbesar di dunia, akhirnya harus
keluar dari pasar Jepang. All Nippon Airways (ANA) dan AirAsia yang
bekerjasama sejak bulan Agustus tahun lalu, terpaksa mengakhiri jalinan
kasih dan asmara mereka minggu ini. Kedua maskapai tersebut telah
sepakat untuk memutuskan kontrak kerjasama mereka karena bisnis
penerbangan murahnya terus merugi di tengah drama adu jotos mental antar
manajemen.
"Usaha patungan kami memang sudah menghadapi banyak tantangan sejak pertama kali diluncurkan," kata Tony Fernandes, pendiri AirAsia, dalam sebuah pernyataan resminya. Terlihat jelas wajah hitam manisnya berubah menjadi sedikit pahit.
"Usaha patungan kami memang sudah menghadapi banyak tantangan sejak pertama kali diluncurkan," kata Tony Fernandes, pendiri AirAsia, dalam sebuah pernyataan resminya. Terlihat jelas wajah hitam manisnya berubah menjadi sedikit pahit.
Tony Fernandes masih berbaik hati dan mencoba bersikap positif dalam menghadapi asinnya keringat Shinzo Shimizu, wakil presiden senior ANA Holdings, yang mengatakan dalam konferensi pers di Tokyo bahwa "Nama AirAsia tidak menyebar di Jepang, karena itulah kami tidak bisa membuat keuntungan finansial."
Ya, Shinzo-san beserta jajaran pemegang saham ANA dibuat kesal karena kontrak kerjasama yang melahirkan perusahaan "AirAsia Japan" malah membukukan kerugian operasional sebesar 3,5 Miliar yen atau sekitar Rp. 350.000.000.000,- dalam satu tahun.
Masalah lain adalah pada faktor penjualan tiket secara online (yang merupakan strategi penting bagi keberhasilan AirAsia) rupanya gagal menarik para pembeli di Jepang. Dibalik kemajuan teknologi yang super cepat, rupanya masih banyak orang Jepang yang memesan tiket pesawat melalui biro agen perjalanan.
Entah apa karena saking banyaknya para orang tua yang masih suka cara-cara tradisional atau karena mereka membela perusahaan negeri sendiri. Atau, karena situs AirAsia yang membuat pusing para calon pembeli tiket? Itulah yang dikatakan Shinzo-san; situs AirAsia membuat pusing para calon pembeli tiket.
Yang jelas, pasar di Jepang memang terkenal sangat keras dan BRUTAL bagi perusahaan-perusahaan asing manapun untuk masuk dan mencari sesuap nasi di dunia sushi.
0 komentar:
Posting Komentar